Bina Bahagia Ujian Tidak Datang
Di Luar Kemampuan Kita
Assalamualaikum dan selamat sejahtera. Dalam kehidupan seorang manusia, kita tidak dapat lari dari masalah dan ujian kehidupan. Samada ujian itu berbentuk kesenangan mahupun kesusahan. Setiap orang, lain-lain dugaannya, kan?
Tinggal lagi, bagaimana seseorang itu menguruskan ujian/ cobaan yang datang.
Menguruskan masalah dengan bijaksana adalah suatu kemahiran dalam hidup. Pengurusan menghadapi masalah ini yang ada kalanya perlu dipelajari. Ia juga berkaitan dengan ilmu tebat diri.
Apa kata mulai sekarang anda tukarkan masalah dan halangan kepada cabaran untuk berjaya mengatasinya?
Di dalam konteks seorang Muslim, dia perlu sentiasa berbaik sangka kepada Allah. bersikap positif dan optimis atas apa yang tertimpa ke atasnya.
Perlu berfikiran rasional, samada dalam fikiran, tindakan dan dalam hati. Pengurusan menghadapi Dugaan perlulah sistematik. Ingat. Jika kita tidak dapat menguruskan masalah dalam kehidupan dengan baik, ia akan beri banyak kesan dalam kehidupan kita. Antaranya ia beri kesan negatif pada minda dan akal seterusnya kesihatan fizikal akan turut terjejas. Ini akan menyebabkan lahirnya kelompok manusia yang lemah.
SIKAP MANUSIA YANG SELALU DITEMUI APABILA SEDANG DIUJI
Apabila sedang diuji, hati memang rasa sakit. Tetapi sebagai Muslim juga, kita tak boleh cakap,
"Kenapa aku yang menerima macam-macam musibah? Kenapa bukan orang lain? Kenapa bukan si A tu yang hidupnya senang je?"
Atau cakap begini,
"Kenapa aku yang kena kanser? Aku dah jaga kesihatan dengan baik. Aku begini begini.....bla bla...."
Atau cakap begini,
" Kenapa aku dapat suami yang zalim macam ni? Dah lah zalim, ada hati nak kahwin lagi. Kenapa si B tu dapat suami baik je?"
Dan bila ada orang berikan nasihat dan pandangan adalah tidak manis kita balas dengan kata-kata seperti:
"Kau senanglah. Kau boleh lah cakap. Kau tak rasa apa yang aku rasa. Kau tak kena apa yang aku kena,''
Sebaliknya, cubalah ucapkan, terima kasih. Saya faham bagi seseorang yang sedang dilanda rasa tertekan melampau, memang ia boleh marah balik orang yang cuba memberi ketenagan kepada yang sedang mengalami musibah. Kerana ketika itu seseorang itu sedang dalam keMURUNGAN dan irrational.
Marilah kita hayati sabda mutiara untaian kata beharga pesanan Junjungan Rasululluah SAW terhadap insan yang diberi musibah:
“Tiada
sesuatupun yang menimpa seseorang muslim dari susah hati, dukacita,
penat dan penyakit yang berterusan, tidak pula dengan kesedihan dan
kesakitan, hinggalah kepada tusukan duri, melainkan dengannya Allah
hapuskan dosa hamba itu”
(Hadith riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
DOA
Sebagai seorang Muslim, kita seharusnya berdoa kepada Allah supaya Allah berikan jalan penyelesaian terbaik terhadap setiap masalah yang kita hadapi. Percayalah, InshaAllah nanti InshaAllah masalah itu akan dapat diatasi.
Bukankah sebagai seorang Muslim, doa itu senjata Orang Mukmin. Mari kita renungkan Ayat Al Quran yang mana Allah telah berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan
kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena
enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina” (Quran Surah Al Ghafir: Ayat 60)
Ayat ini juga menunjukkan bahwa
Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-Nya diperintahkan
berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan dijamin
akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…
Sungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Berdoa sememangnya dituntut, itu tugas kita sebagai hamba Allah. Sama ada terima atau tidak, ianya adalah urusan Allah SWT.
Terserahlah kepada Allah dan memohonlah apa sahaja dengan penuh yakin bahawa Allah akan mengkabulkan doa kita. Nescaya Allah akan memenuhinya sama ada cepat atau lambat.
Nabi Allah Ibrahim a.s. sebagai contoh, telah berdoa ke hadrat Allah agar hati-hati manusia tertarik untuk mengunjungi Makkah beramai-ramai, pada waktu Makkah masih menjadi sebuah lembah yang gersang.
Baginda berharap umat manusia datang beramai-ramai menunaikan haji dan membuat umrah, dan dipohonkan rezeki mereka melimpah ruah.
Doa itu dilafazkan ribuan tahun dahulu ketika baginda mendatangi Makkah bersama anak dan isterinya.
Alhamdulillah, Allah SWT memakbulkan doa baginda selepas zaman Nabi Muhammad s.a.w., malah sehingga hari ini semakin jelas doa Nabi Ibrahim a.s., seolah-olah baru dimakbulkan.
Cuba bayangkan, doa Nabi Ibrahim yang disebut sebagai ‘khalilullah’ – kekasih Allah – sahabat setia Allah, berdoa ke hadrat Allah, ribuan tahun kemudiannya baru jelas dimakbulkan.
Apabila kita sering berdoa, jangan sesekali membuat kesimpulan bahawa doa kita tidak akan dimakbulkan.
Mungkin Allah telah makbulkan doa itu, mungkin dalam bentuk diberikan yang lebih baik daripada apa yang kita pinta.
Kadang-kadang doa kita dimakbulkan cepat, kadang-kadang lambat. Ertinya, apa yang dipohon, tidak semestinya diberi atau ditolak.
Ia adalah suatu ujian kepada kesabaran seseorang hamba. Sama ada Allah berikan sesuatu yang lebih baik, atau Allah berikan ganjaran sewajarnya pada hari akhirat kelak dalam bentuk pahala yang banyak.
RAHMAT DAN KASIH SAYANG ALLAH SANGAT LUAS
Apakata kita semak balik hadith-hadith Rasululluah SAW. Apa kata sabda Rasul yang mulia berkaitan ujian dan masalah ?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah menjadikan rahmat (kasih sayang) itu seratus bagian, lalu Dia menahan di sisi-Nya 99 bagian dan Dia menurunkan satu bagiannya ke bumi. Dari satu bagian inilah seluruh makhluk berkasih sayang sesamanya, sampai-sampai seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak anaknya.”
(HR. Bukhari no. 5541 dan Muslim no. 2752)
Rasulullah s.a.w bersabda:
“...Apabila
Allah telah menyintai hambaNya, maka Allah turunkan ujian ke atas hamba
tersebut. Apabila hamba itu berdoa, maka para malaikat pun berkata:
wahai tuhanku, sampaikan hajat hambaMu itu.
Allah menjawab: usah campuri urusan hambaKu itu. sesungguhnya Aku cinta dan sayang mendengar suaranya berdoa dan bermunajat.
Apabila hamba itu berkata: wahai Tuhanku!
Maka Allah menjawab:Selamat dan bahagialah wahai hambaKu. Tidak kamu seru melainkan sesuatu melainkan Aku perkenankan buatmu..."
Allah menyeru dan memaggil kita untuk menghampiriNya dengan
menurunkan kesusahan demi kesusahan, supaya dengan menurunkan kesusahan
demi kesusahan,supaya dengan itu kita akan kembali kepadaNya untuk
berdoa, mengadu dan meluahkan masalah hidup kita. Allahlah yang
menurunkan bala bencana dan Allah jugalah yang mengangkat bala bencana
itu daripada kita.
Apabila
kita lupa padaNya, Allah pun menurunkan bala tersebut adan apabila kita
mengingatinya, Allah akan mengangkat dan menukar bala itu menjadi suatu
rahmat untuk kita.
ingatlah
bahawa kasih sayang Allah itu mendahului kemurkaanNya. namun jangan
salah tafsir kata-kata ini sehingga kita tidak menghambakan diri
adaNya.tidak malukah kita menerima segala nikmat dan kasih sayangNya
sedang kita tida memberi apa?
SEDAR ALLAH YANG LEBIH TAHU BAIK ATAU BURUKNYA SESUATU ITU UNTUK DIRI ANDA
“...dan
boleh jadi kamu benci akan sesuatu, sedang ia lebih baik bagimu: dan
boleh jadi kamu kasihi sesuatu, sedang ia melarat kepadamu. Dan Allah
mengetahui, tetapi kamu tidak mengatahui.”
(surah Al-Baqarah: Ayat 216)
Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah
Setelah mengetahui betapa luasnya rahmat Allah ta’ala, maka seharusnya kita lebih bersemangat lagi untuk menggapainya dan jangan sampai berputus asa darinya. Sikap putus asa dari rahmat Allah inilah yang Allah sifatkan kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang sesat.
Allah berfirman, “Mereka menjawab, ‘Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa’. Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS. Al Hijr: 55-56)
Firman Allah maksudnya,
“Wahai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah memberikan faidah untuk ayat di atas,
“Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah ta’ala merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul ‘Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.”
Selain itu, berputus asa dari rahmat Allah juga termasuk salah satu diantara dosa-dosa besar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar beliau menjawab, “Yaitu syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar/adzab Allah.” (HR. Ibnu Abi Hatim, hasan)
Setelah mengetahui betapa luasnya rahmat Allah ta’ala, maka seharusnya kita lebih bersemangat lagi untuk menggapainya dan jangan sampai berputus asa darinya. Sikap putus asa dari rahmat Allah inilah yang Allah sifatkan kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang sesat.
Allah berfirman, “Mereka menjawab, ‘Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa’. Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS. Al Hijr: 55-56)
Firman Allah maksudnya,
“Wahai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah memberikan faidah untuk ayat di atas,
“Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah ta’ala merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul ‘Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.”
Selain itu, berputus asa dari rahmat Allah juga termasuk salah satu diantara dosa-dosa besar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar beliau menjawab, “Yaitu syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar/adzab Allah.” (HR. Ibnu Abi Hatim, hasan)
KESUSAHAN HIDUP ADALAH CARA ALLAH MENCUCI DOSA & MENGANGKAT DARJAT ANDA
“Tiada
sesuatupun yang menimpa seseorang muslim dari susah hati, dukacita,
penat dan penyakit yang berterusan, tidak pula dengan kesedihan dan
kesakitan, hinggalah kepada tusukan duri, melainkan dengannya Allah
hapuskan dosa hamba itu”
(Hadia riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Di
samping bertujuan menyucikan kita dari dosa dan noda, penurunan bala
dan bencana ini dari Allah juga untuk mengangkat darjat kita.
Terdapat
sebahagian dari kita yang telah ditentukan Allah termasuk dalam golongan
orang-orang yang diasyangiNya sedangkan kita masih lalaidari
mengingatiNya. Allah terpaksa menurunkan bala untuk membersihkan diri
kita supaya dengan itu dapat diangkatNya darjat kita sebagai seorang
islam yang lebih baik.
Rahsia dan hikmah ini dipesankan oleh Rasulullah (sepertimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik) yang bermaksud:
“apabila
Allah menentukan bagi hambaNya suatu kedudukan yang tinggi, yang tidak
mungkin tercapai sebab kurangnya amalan hamba itu, maka Allah akan
memberi ujian kepada jasadnya atau pada anaknya atau pada hartanya, dan
Allah telah memberikan ketabahan, sehingga dengan ketabahan itu ia dapat
mencapai kedudukan yang tinggi yang telah ditentukan ke atas dirinya”
اللهم أرنا الحق حقا وارزقنى اتباعة،وأرنا الباطل باطلا وارزقنى اجتنابة
"ya
Allah,tunjukkanlah yang benar itu tetap benar dan rezekikan kami
mengikutinya,dan tunjukkan lah yang batil itu tetap batil dan rezekikan
kami menjauhinya"
0 Comments:
Post a Comment